BAGAIMANA TAFSIR ALQUR'AN DIMAKNAI JAMAN NOW

Assalamu Alaikum wr wb

(Alqur'an Al-Kariim) Tafsir Al-qurtubi
Surah Al-balad /البلد ayat 17

(ثم كان من الذين آمنوا وتواصوا بالمرحمة)

## Tsumma kaana minal laziina aamanuu wata washao bis sabhri wata washao bil marhamah##

Menjadi umat Islam yg beriman, kita dituntut untuk mengamalkan isi kandungan ayat suci Al-qur'an.

Tapi di sisi lain, Ada suatu kerumitan budaya Tradisi yg mengakar di Ingatan umat Islam, hampir bisa disebut doktrin Agama yg secara tidak sadar diyaqini kebenarannya, khususnya bagi umat Islam yg memiliki perhatian belajar-mempelajari isi kandungan Al-qur'an, bahwa untuk menjadi penafsir Al-quran, harus memiliki prasyarat tertentu.

Hal ini untuk menghindari kesalahan penafsiran, yg berakibat kesalahan memahami isi kandungan Alqur'an, salah memahami maksud Isi kandungan Alquran diyaqini menjadi sebab kesalahan dalam mempraktekkan Isi kandungan Alquran.

Salah mempraktikkan isi kandungan Alquran didoktrinasi menjadi perbuatan yg tdk baik, berdosa.

Hal ini menjadi momok, bagi mayoritas pemeluk ajaran risalah keislaman yg menjadikan Alquran sbg rujukan sumber hukum utama dan terutama yg melegitimasi amal perbuatannya baik atau buruk, benar atau salah, berpahala atau berdosa dst.

Solusi mengatasi kompleksitas masalah Umat Islam dlm memahami untuk meyaqini dan mengamalkan Kitab sucinya, dijembatani oleh Lahirnya Sosok2 penafsir/mufassir dari kaum intelektual/ulama yg kredibilitas, kapasitas, kapabilitas ilmu, amal, iman, taqwa, istiqmah lahir bathinnya diterimah luas oleh masyarakat islam.

Para mufassirin Alquran dan hasil pembacaan, penerjemahan, tafsirannya seakan-akan kepada merekalah tertumpu segala harapan-harapan kita umat Islam yg masih awam ini, untuk mengantar kita berproses menjadi tdk se-awam sebenarnya bahkan tdk mustahil di antara kita ada calon2 penafsir baru makna hakiki Alquran al-kariim, menjadi penemu-penemu HIDAYAH/PETUNJUK2 ISI PESAN SUCI Allah swt yg cocok/sesuai dg semangat yg terpendam di dalam Kitab Suci Al-qur'an al-karim yg sesuai dg semangat perkembangan Budaya peradaban pemeluk Agama Islam di suatu waktu dan daerah tertentu...

Tentunya kita yang "awam" indera, akal, hati, ruh ilmu keislamannya tdk boleh hanya  pasrah (pasif) di hadapan teks suci Al-qur'an, tapi sesekali harus berijtihad sendiri (aktif) menerimah hasil ijtihad/jihad para ulama Yg diYakini telah berjuang, bersungguh-sungguh mengerahkan segenap kemampuan Alat indera lahir bathinnya memaknai, memberi pendapat terbaik tentang Ayat2 firman suci Allah swt (Al-qur'an) yg sesuai dg semangat perubahan, perkembangan umat Islam pada zamannya.

Sebagai generasi umat Islam di belakang, tentunya kita mengapresiasi dg penuh hormat dan penghargaan atas jerih payah para ulama yg telah mengerahkan, dan mencurahkan tenaga, pikiran, waktu, material, moral keseluruhan gerak lahir dan bathin mereka memaknai Alqur'an.

Mereka melakukan itu semua atas dasar kerelaan, kesadaran kritis lahir bathinnya, penuh pertimbangan kebijaksanaan bahwa jauh sepeninggal Rasulullah Muhammad saw, bermunculan banyak selisih pendapat, perbedaan, bahkan pertikaian sengit di tubuh umat Islam dalam hal memahami isi kandungan teks suci Al-qur'an...

Maka berangkat dari sedikit mukaddimah/pembukaan pemahaman dan keyaqinan di atas, dapat kita pahami bahwa di zamannya Imam Al-qurtubi, seperti yg sy Kutip salah satu tafsirnya pada ayat di atas, adalah salah satu tokoh pelaku sejarah panjang tafsir-menafsir kitab Alquran yg telah mencatatkan sejarahnya menciptakan suatu kitab Tafsir alquran yg diterimah dan dikenal luas oleh kalangan umat Islam dulu dan sekarang, dari pencapaian tafsiran/pendapatnya lahir beragam ide-ide lama yg baik Yg sepatutnya dipelihara umat Islam sbg suatu kekayaan khasanah warisan tradisi Ilmu Islam, serta meniscayakan lahirnya ide2 baru yg lbh baik yg lbh bermanfaat bagi masyarakat islam kekinian yg tentunya berbeda situasi, kondisi, waktu, tempat, adat, budaya keragaman kemanusiaan yg dihadapi Imam Al-qurtubi dg pergumulan, pergulatan ide sesuai semangat zamannya...

Maka lahirlah ungkapan bijaksana kaum intelektual hari ini, bahwa semua hasil pencapaian pendapatan, penemuan, daur ulang ilmu tradisi Tafsir Alquran oleh pelaku utama sejarah menyejarah pemaknaan Alquran, para mufassirin, ahli ilmu menguak rahasia kandungan alquran adalah diterimah, sah, boleh diikuti, dipilih diamalkan ilmu amalan penafsirannya, selama tdk ditemukan hal2 yg bertentangan dg isi pokok prinsip dasar, tolok ukur, meteran keabsahan kebenaran, keyakinan yg telah umum disepakati mayoritas jumhur ulama Islam dari berbagai sudut pandang idealisme, ideologi pandangan hidup keduniaan, keakhiratan, paham, aliran, mazhab studi-studi ilmu keislaman yg berpijak legitimasinya pada prinsip memorandum of intens (MOU) para ulama tentang intisari ajaran Agama Islam yg Asas, dasar fondasi Struktur keyaqinan Lahir bathin Umat Islam bersumber dari Asas Pokok Al-quran dan hadis ((as-sunnah) warisan Rasulullah Muhammad saw.

Dalam pembacaan terbatas penulis, isi pokok/asas fondasi ajaran Islam berdiri di atas IMAN DAN TAQWA, AMAL SHALEH DLL YG TERCERMIN PADA ISTILAH INTI RISALAH KEISLAMAN :

1). AQIDAH-TAUHID,

2). SYARIAT-IBADAH

3). AKHLAK-ADAB

Dari tiga hierarki akar pokok/ tubuh ideologis pedoman Keyaqinan pandangan penghayatan-pengamalan umat Islam dari masa ke masa, dari wilayah dunia satu ke yg lain, dari budaya bangsa satu ke yg lain, akan melahirkan ciri khas masing-masing khasanah kekayaan Tradisi memahami teks suci Alqur'an berikut As-sunnah Rasulullah Muhammad saw...

Perbedaan paham, pendapat, tafsir, sekte, aliran, mazhab yg di kemudian hari bijaksana dan dewasanya dipahami dalam konteks hukum Sunnatullah Allah swt menjelma menjadi hukum historis sejarah Narasi kemulti-ragaman primordial-transendensial hak prerogatif Allah swt pada hal-ihwal penciptaan dan kejadian kemanusiaan.

Pemahaman yg menyeluruh umat Islam akan sejarah latar belakang historis lahir dan berkembang biaknya perbedaan2 Tafsir alquran akan mencairkan dan menjembatani serta meredam segala titik perpecahan yg berkonotasi buruk/negatif hasil hukum kausalitas Alam kemanusiaan yg sdh sunnatullahnya dianugerahi perbedaan lahir dan bathin, yg diharapkan menjadi tonggak pijakan membangun ukhuwah Kepribadiaan Kekinian keislaman, kemanusiaan, kenegaraan, keduniaan, keakhiratan yg mesra, harmoni, indah, bahagia, ridha diridhai Allah swt.

Bersambung....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

We're living in same planet, so No body break the Ship. Okey???

Kenapa harus berebutan untuk Masuk ke Syurga?

The local holy books Namely LONTARA, still exist in here